Makassar, 27 Agustus 2025 – Tasawuf bukan hanya soal zikir dan laku spiritual, tetapi juga soal bahasa dan makna. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian Nurul Ihsan (NIM: 80100221035) dalam tesisnya berjudul “Makna Denotatif dan Konotatif Istilah-Istilah Tasawuf dalam Kitab Ihyā’ Ulūmi al-Dīn Juz 4 Karya Imam Al-Ghazali: Analisis Semantik Kognitif.”
Dalam penelitiannya, Nurul Ihsan membedah istilah-istilah kunci dalam karya monumental Imam Al-Ghazali, mulai dari al-khauf (takut), al-raja’ (harap), al-faqr (kemiskinan), al-zuhd (asketisme), hingga al-mahabbah (cinta). Ia menemukan bahwa istilah tasawuf memiliki dua lapisan makna: denotatif (makna literal) dan konotatif (makna batin dan pengalaman spiritual).
“Kalau hanya berhenti di makna denotatif, maka ajaran tasawuf bisa dipahami dangkal. Tapi jika kita masuk ke makna konotatif, ada kedalaman ruhani yang membentuk karakter religius lebih utuh,” jelas Nurul Ihsan dalam presentasi tesisnya.
Sidang Tesis di Pascasarjana
Ujian tutup tesis ini digelar pada Rabu, 27 Agustus 2025, pukul 08.30 WITA, bertempat di Ruang Prodi Dirasah Islamiyah, Lantai 4 Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. Sidang dipimpin oleh Dr. H. Andi Abdul Hamzah, Lc., M.Ag. (Ketua sekaligus Promotor), didampingi Dr. Nasrullah Bin Sapa, Lc., M.M. (Sekretaris), serta tim penguji yang terdiri dari Dr. H. Baso Pallawagau, Lc., M.A. (Kopromotor), Dr. Haniah, Lc., M.A., dan Dr. Azizul Hakim, M.Pd.I.
Harapan untuk Kajian Masa Depan
Temuan ini diharapkan membuka ruang baru dalam studi linguistik keagamaan, khususnya dalam menghubungkan ilmu bahasa dengan spiritualitas Islam. Lebih jauh, penelitian ini memberi pesan bahwa teks klasik seperti Ihyā’ al-Ghazali tidak hanya bisa dibaca dengan pendekatan teologis, tetapi juga dengan analisis bahasa yang lebih modern.
Ke depan, kajian ini bisa dikembangkan untuk membongkar makna istilah tasawuf dalam kitab-kitab lain, sehingga memperkaya khazanah keilmuan Islam sekaligus membantu generasi muda memahami ajaran tasawuf secara lebih kontekstual dan aplikatif.
“Bahasa adalah pintu, dan tasawuf adalah ruang. Semoga penelitian ini menjadi jembatan agar generasi sekarang tidak hanya membaca, tapi juga merasakan kedalaman spiritual dari teks klasik Islam,” tutup Nurul Ihsan.