Makassar, 22 Agustus 2025 – Sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan cermin yang memberi arah pada kehidupan hari ini. Itulah yang coba diangkat oleh Sumirah (NIM: 80100223073) dalam ujian tutup tesisnya yang digelar pada Jumat, 22 Agustus 2025, pukul 14.00 WITA, di Gedung Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, lantai 5, ruang 5.5.
Penelitiannya mengangkat judul “Sultan Abil Khair Sirajuddin sebagai Pelopor Perkembangan Budaya Islam di Bima NTB Abad ke-17: Sebuah Kajian Historis dan Kultural.” Sebuah topik yang menarik, karena jarang sekali tokoh Sultan Bima dikaji secara mendalam dari perspektif sejarah dan budaya Islam.
Jejak Sejarah Sang Sultan
Dalam temuannya, Sumirah menelusuri bagaimana Sultan Abil Khair Sirajuddin, putra dari Sultan Abdul Kahir, yang lahir di Kerajaan Gowa pada 1627 M, tumbuh menjadi sosok penting dalam membangun fondasi budaya Islam di Bima. Setelah resmi naik tahta pada 22 Desember 1640, Abil Khair Sirajuddin segera melakukan langkah-langkah besar: menyempurnakan struktur pemerintahan, memperkuat peran ulama, membangun infrastruktur keislaman, hingga menjalin aliansi dengan kerajaan Islam lain untuk menghadapi Belanda.
Namun, yang paling menonjol adalah peran Sultan Abil Khair Sirajuddin sebagai pelopor budaya Islam di Bima. Di antaranya transformasi Kitab Bo’ ke dalam aksara Arab Melayu, munculnya busana rimpu sebagai identitas perempuan Muslimah Bima, pelaksanaan Idul Fitri dan Idul Adha secara resmi, upacara adat Hanta Ua Pua, hingga perkembangan seni tari dan musik bernuansa Islami.
Warisan yang Hidup Hingga Kini
Menurut Sumirah, warisan Sultan Abil Khair Sirajuddin bukan hanya soal politik atau agama, tetapi juga budaya yang membentuk identitas masyarakat Bima hingga saat ini. “Kebijakan dan tradisi yang beliau gagas telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Bima, dan masih bisa kita lihat jejaknya sampai sekarang,” ungkap Sumirah dalam presentasinya.
Jalannya Sidang
Sidang ujian tesis ini dipimpin langsung oleh Dr. H. Andi Abdul Hamzah, Lc., M.Ag. sebagai Ketua Sidang, didampingi oleh Dr. Nasrullah Bin Sapa, Lc., M.M. sebagai Sekretaris Sidang. Adapun penguji terdiri dari para akademisi berkompeten, yakni Prof. Dr. Hj. Syamzan Syukur, M.Ag. (Promotor), Dr. Wahyuddin G., M.Ag. (Kopromotor), serta dua penguji utama, Dr. Abu Haif, M.Hum. dan Dr. Dewi Anggriani, M.Si.
Diskusi berjalan hangat dan penuh apresiasi, terutama saat membicarakan bagaimana warisan budaya Islam Bima bisa menjadi inspirasi dalam penguatan identitas keislaman Nusantara.
Kontribusi Akademik
Penelitian Sumirah tidak hanya memperkaya khazanah sejarah Islam lokal, tetapi juga menjadi rujukan penting dalam memahami bagaimana Islam dan budaya bisa berintegrasi secara harmonis. Hasil penelitiannya diharapkan bisa membuka jalan bagi kajian lebih lanjut tentang tokoh-tokoh Islam Nusantara yang perannya sering luput dari perhatian publik.