Perbedaan Waktu Imsak NU dan Muhammadiyah di Sinjai, Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Gelar Ujian Tesis

  • 05 Februari 2025
  • 04:54 WITA
  • AAH
  • Berita

Makassar, 5 Februari 2025 – Wiwik Triulan, mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, telah menyelesaikan penelitian tesisnya yang berjudul "Studi Komparatif Waktu Imsak Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Kabupaten Sinjai Perspektif Fikih dan Astronomi."

Penelitian ini menyoroti fenomena perbedaan jadwal imsak yang ditetapkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di Kabupaten Sinjai, yang berimplikasi pada sikap masyarakat dalam memulai puasa.

Temuan Penelitian

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama penyebab perbedaan waktu imsak antara NU dan Muhammadiyah:

  1. Faktor Geografi: Letak Indonesia yang membentang dari barat ke timur menyebabkan perbedaan waktu terbit matahari berdasarkan garis bujur dan lintang, yang berdampak pada perhitungan waktu imsak.
  2. Faktor Astronomi: NU menggunakan kriteria ketinggian matahari -20°, sementara Muhammadiyah menggunakan kriteria -18°. Perbedaan ini menyebabkan selisih waktu imsak sekitar 2-5 menit di berbagai wilayah.
  3. Kebiasaan dan Perilaku Masyarakat: Perbedaan waktu imsak juga dipengaruhi oleh praktik di masyarakat, di mana dalam satu desa bisa terdapat perbedaan jadwal antara masjid-masjid setempat.

Dari perspektif fikih, perbedaan ini mendorong peningkatan kesadaran hukum dalam memahami dasar penentuan waktu ibadah. Sementara dari perspektif astronomi, ketidaksamaan kriteria ketinggian matahari memengaruhi akurasi perhitungan waktu imsak, sehingga penggunaan teknologi astronomi modern menjadi krusial untuk meningkatkan ketepatan waktu.

Rekomendasi dan Implikasi

Penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah untuk menyikapi perbedaan waktu imsak:

  • Dialog dan diskusi antara ulama dan ahli astronomi untuk mencari titik temu dalam perbedaan metode hisab.
  • Pengembangan sistem hisab yang lebih akurat, dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi astronomi modern.
  • Edukasi kepada masyarakat mengenai fikih dan astronomi, agar mereka memahami perbedaan ini dengan lebih bijak tanpa menimbulkan kebingungan.

Dengan penelitian ini, Wiwik Triulan berharap masyarakat dapat lebih memahami dasar-dasar perbedaan waktu imsak dan menerapkan sikap toleransi dalam praktik keagamaan sehari-hari.