"Ketika Keadilan Terbungkam: Sikap Negara-negara Arab Terhadap Gaza"

  • 11-11-2023
  • 07:16 WITA
  • Andi Abdul Hamzah Ketua Program Studi Dirasah Islamiyah Program Magister (S2) Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
  • Opini

By: Andi Abdul Hamzah

Ketua Program Studi Dirasah Islamiyah Program Magister (S2) Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.


Gaza, dengan segala tragedi yang terukir di jalanan dan dinding penuh memar oleh peluru, telah menjadi simbol dari resistensi dan penderitaan. Tragedinya bukanlah hanya milik Palestina, melainkan milik umat manusia yang memperjuangkan keadilan. Namun, sikap negara-negara Arab terhadap apa yang digambarkan oleh banyak pihak sebagai 'genosida' rakyat Gaza oleh Israel adalah pertanyaan yang mendesak untuk dijawab.


Keterdiaman - atau paling tidak, tindakan yang tidak sebanding dengan skala krisis - dari negara-negara Arab menciptakan sebuah ironi yang menyakitkan. Bagaimana mungkin umat yang terpisah hanya oleh garis politik, namun disatukan oleh ikatan agama, budaya, dan historis, begitu asing terhadap penderitaan saudara mereka?


Argumen utama bisa jadi terletak pada politik geopolitik yang kian berubah. Realpoltik, kepentingan nasional, dan dinamika kekuasaan di Timur Tengah telah mengarahkan negara-negara Arab ke arah yang berfokus pada stabilitas internal dan aliansi strategis yang sering kali mengedepankan kebijakan yang pragmatis daripada solidaritas ideologis. Beberapa negara Arab telah memilih untuk mendekati Israel, menimbang kembali hubungan mereka demi manfaat ekonomi dan keamanan yang diberikan oleh hubungan semacam itu.


Jika dianalisis lebih dalam, bisa juga bahwa kelelahan dan ketidakberdayaan telah mencengkeram hati rezim-rezim Arab. Konflik yang tiada akhir, yang sering kali digunakan oleh penguasa untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik, kini mungkin terasa seperti beban lama yang ingin dilupakan. Tragedi yang berkelanjutan tidak lagi menggetarkan hati seperti dulu; tragedi menjadi umpan bagi apatisme global.


Tentu saja, bagi umat Islam di seluruh dunia, kenyataan di Gaza membingkai sebuah dilema yang mendalam. Di satu sisi, ada rasa solidaritas yang tak terbantahkan untuk mendukung rakyat Palestina dalam perlawanan mereka terhadap penjajahan dan untuk memperoleh hak-hak dasar mereka. Demonstrasi, doa, dan kampanye penggalangan dana dilakukan. Hashtag #FreePalestine terus muncul dalam jagat sosial media sebagai penanda dukungan yang terus-menerus.


Di sisi lain, ada rasa kekecewaan dan frustrasi terhadap pemimpin Muslim yang gagal menyuarakan atau mengambil tindakan substantif. Dimana kekuatan OIC (Organisasi Kerjasama Islam)? Dimana inisiatif konkret dari Liga Arab untuk mengatasi krisis ini? Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengemuka, semakin memperdalam jurang antara rakyat dan penguasanya.


Untuk umat Islam, Gaza bukan hanya sebuah krisis; itu adalah ujian iman dan persatuan. Mungkin, hanya mungkin, pada akhirnya, yang bisa menyatukan suara-suara itu kembali ialah pengenalan bahwa kemanusiaan adalah nilai inti yang mengikat semua keyakinan dan nasionalitas. Keadilan untuk Gaza mungkin menjadi titik singgung yang menjadi momentum untuk menggerakkan kebijakan, untuk mengubah bisu menjadi suara, dan untuk mengubah diam menjadi tindakan.


Paccinongang, 08 Nopember 2023*